Ketika WC Menjadi Korban
Oleh: Abdul Azis
Beralaskan sebuah meja cokelat tua, ku tuangkan muntahanku hari ini. Kertas paper max putih serta pena pilot hitam senantiasa menampung semua uneg-uneg dan keisenganku untuk menulis siang ini. Didasari dengan tiga buah huruf yaitu “MAU” ku coba untuk menjalani permainan untuk yang kedua kalinya.
Negara kita tercinta Indonesia memiliki potensi yang besar untuk menghasilkan sebuah tulisan. Sebagai contoh, telah banyak penulis-penulis hebat lahir dari Negara garuda ini, antara lain WS. Rendra, Taufik Ismail, Buya Hamka dan penulis-penulis terkenal lainnya.
Akan tetapi apakah kita semua tidak menyadari potensi besar yang dimiliki Negara kita ini? Mungkin sebagian besar dari kita memiliki potensi besar untuk menulis. Namun potensi besar itu tidak kita manfaatkan secara maksimal. Sehingga tulisan yang dihasilkan oleh para penulis kita tersebut hanya sebatas penghias WC belaka. Mungkin kita sempat berfikir, apakah mereka tidak mempunyai sarana untuk menulis? Jawabannya hanya dua yaitu mereka memang tidak mempunyai sarana untuk menulis, atau mereka menjadikan menulis sebagai suatu keisengan sehingga WC menjadi korban keisengan ini.
Nah sekarang apakah kita telah mengetahui apa sebenarnya menulis itu? Apakah tujuan menulis sebenarnya? Menulis adalah melahirkan fikiran atau perasaan dalam bentuk tulisan dengan tujuan untuk mengungkapkan rasa keuneg-unegan serta hal-hal yang mengganjal dalam fikiran kita. Ketika kita membaca, menonton atau mendengarkan radio, mungkin secara tidak langsung ada hal yang mengganjal dalam fikiran kita, maka tuangkanlah segala rasa uneg-uneg tersebut hingga nantinya segala rasa itu hilang dan fikiran kita menjadi sebuah tulisan yang sangat menarik.
Setelah melalap habis sebuah artikel yang berudul Umpan Balik yang Efektif Bagi Siswa, yang diterjemahkan dari judul "Providing Student With Effective Feedback", ada tiga faktor atau tiga komponen yang terkait dengan keberhasilan suatu proses pembelajaran. Yang mana tiga faktor atau komponen itu adalah mengetahui tujuan dan melibatkan diri dalam kriteria keberhasilan tersebut, kemudian sejauh mana kita telah memperoleh keberhasilan tersebut, dan yang terakhir strategi dan tips untuk dapat mencapai suatu keberhasilan.
Dari tiga faktor atau komponen ini, aku pun berfikir mungkin ini juga dapat dikaitkan dengan keberhasilan menulis itu sendiri. Yang pertama kita harus mengetahui apakah tujuan kita sebenarnya untuk menulis? Apakah hanya sebagai suatu keisengan sehingga WC pun menjadi korban? Setelah kita mengetahui tujuan, marilah kita melibatkan diri dengan menulis tersebut atau yang sering kita sebut sebagai “PEDEKATE”. Kemudian evaluasi diri sejauh mana kita telah berhasil menulis. Sudahkah kita mengeluarkan segala kejanggalan dalam fikiran kita? Atau malah kita menggunakan “Kejahilan Murakkab” kita? Dengan mengopi semua hasil karya orang lain? Dan kemudian adalah strategi dan tips-tips untuk menembak si dia yaitu keberhasilan menulis itu sendiri.
Oleh karena itu kita sebagai bangsa Indonesia marilah gali potensi kita dalam hal menulis. Jangan sampai potensi tersebut tidak kita manfaatkan secara sempurna. Sehingga WC pun menjadi korban dan kita selalu memakai Kejahilan Murakkab kita. Karena itu adalah hal yang sangat memalukan.
1 komentar:
selamat atas launchingnya blog komunitas ini...
semoga dapat memberi manfaat bagi lingkungan sekitarnya
dan juga kepada para pembaca
Posting Komentar